Senin, 09 Oktober 2017

Lactacyd Baby, Sahabat Mandi si Kecil

Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby

Tinggal di iklim tropis memang menyenangkan. Matahari bersinar sepanjang tahun, anak-anak bisa bermain tanpa kendala cuaca yang berarti nyaris sepanjang tahun. Siapa yang tidak suka melihat tawa si Kecil yang belajar berjalan di rerumputan, di bawah sinar matahari? Siapa yang tidak jatuh hati melihat si Kecil menikmati pelajaran berenangnya yang pertama?

Anak-anak yang aktif adalah anak-anak yang sehat, bukan?

Tapi si Kecil yang aktif bergerak dapat terkena masalah kalau kita tidak berhati-hati memilih pembersih yang cocok untuk kulitnya. Apalagi udara panas dan cuaca yang lembab adalah hal yang kita temui sehari-hari. Pernah mengalami bayi yang seharian rewel karena ruam popok? Tangan yang tak berhenti menggaruk hingga kulit lecet karena biang keringat? Atau wajah si Kecil yang imut terlihat kemerahan karena iritasi? 
Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby
Semua masalah kulit itu dapat terjadi pada si Kecil kita. Jika anak-anak terkena gangguan pada kulit, aktivitas mereka tentu akan terganggu. Supaya anak-anak bisa bermain dengan nyaman, sebagai ibu kita harus berhati-hati dalam menjaga kesehatan kulit mereka. Sebagai ibu kita harus tetap menjaga supaya lingkungan tetap bersih, dan memberikan nutrisi yang baik untuk si Kecil.

Selain itu, kebersihan kulit adalah salah satu syarat supaya kulit anak-anak kita tetap sehat. Salah satu hal yang terpenting adalah: mandi. Sudah fitrahnya kalau kulit si Kecil lebih sensitif dibandingkan kulit orang dewasa. Karena itu kita tidak dapat sembarangan menggunakan produk kulit untuk mandi mereka. Salah-salah bukannya mengatasi gangguan kulit, kulit lembut mereka malah makin terititasi. Duh, jangan sampai ya!

Dulu waktu menjelang kelahiran anak pertama, sebagai calon ibu baru, kerjaan saya adalah survey lorong-lorong supermarket, untuk menemukan produk-produk yang cocok untuk si Kecil. Waktu yang cukup lama saya habiskan di lorong khusus produk-produk bayi. Deretan popok dengan kemasan aneka warna, deretan bedak, sampai sabun.

Saya menyadari kalau kulit bayi sangat sensitif. Dan saya tidak ingin memandikan si Kecil dengan sabun asal-asalan. Tiap kemasan saya pegang dan saya baca dengan teliti kandungan di dalamnya. Banyak yang tidak saya mengerti karena pakai istilah-istilah kimia. Jadi pekerjaan ibu baru waktu itu cukup memusingkan, karena semuanya adalah yang pertama.



Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby
Berkenalan dengan Lactacyd Baby
Untunglah saya tak perlu bingung dan ragu terlalu lama. Waktu pulang dari rumah sakit bersalin, saya mendapati Lactacyd Baby di salah satu hampers hadiah untuk si Kecil. Kemasan Lactacyd Baby yang putih bergambar beruang lucu langsung memikat hati. Terkesan apik dan eksklusif. Dan dengan melihat kemasannya saja saya langsung mendapatkan informasi yang saya butuhkan. Tulisan "With milk extract" yang terpampang dengan jelas membuat saya langsung membayangkan kelembutan susu. Ditambah lagi ketika dibuka tutupnya, harumnya hmmm… Lembut dan menenangkan. Saya tak ragu langsung memakai Lactacyd Baby untuk memandikan si Kecil yang baru lahir. 

Lactacyd Baby adalah cairan perawatan kulit yang memiliki kandungan alami ekstrak susu dan Ph yang sudah diformulasi sesuai dengan kebutuhan kulit bayi. Kandungan asam laktat alami dalam susu akan membantu melembabkan kulitnya. Jadi sangat aman untuk digunakan setiap hari sebagai teman mandi si Kecil. 

Hasil memakai Lactacyd Baby juga terlihat nyata. Buktinya masalah-masalah yang sering muncul pada kulit bayi yang baru lahir, seperti kerak pada kulit kepala, atau kulit yang mengelupas atau bersisik langsung teratasi. Terima kasih banyak buat yang sudah "menghadiahkan" Lactacyd Baby untuk saya dan si Kecil.

Lactacyd Baby juga sangat praktis. Produk ini sangat istimewa karena bisa digunakan untuk menjaga kebersihan si Kecil dari ujung kepala sampai kaki. Jadi sebagai ibu tidak perlu repot menyiapkan aneka produk untuk keperluan mandi. Cukup dengan Lactacyd Baby, semua kebutuhan terpenuhi. 

Nah, ini adalah cara saya menggunakan Lactacyd Baby: 

1. Untuk mandi

Larutkan tiga sampai empat sendok makan Lactacyd Baby Liquid ke dalam air mandi yang hangat. Lalu mandikan si Kecil dan bilas dengan air dengan seksama.

2. Untuk keramas

Langsung dapat digunakan untuk kepala dan rambut si Kecil seperti kita memakai shampo. Jangan khawatir, Lactacyd Baby ini tidak pedih di mata. No drama, ibu-ibu.

3. Untuk kebersihan kulit

Untuk mencuci wajah atau tangan si Kecil, dapat digunakan seperti memakai sabun cair, lalu bilas dengan air bersih. 


Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby

Mudah kan? Lactacyd Baby merupakan brand internasional yang memang sudah terpercaya untuk menjaga kulit bayi dari iritasi ringan. Lactacyd Baby tersedia dalam berbagai kemasan sehingga kita bisa memilih kemasan yang cocok untuk berbagai kebutuhan. Kita bisa membelinya di supermarket, minimarket, hingga apotik terdekat. 

Sekarang anak-anak saya sudah besar, dan kini giliran saya merekomendasikan Lactacyd Baby untuk para ponakan-ponakan lucu saya yang baru lahir. Dijamin ibu-ibu mereka tidak perlu bingung lagi memilih produk yang tepat untuk kesehatan kulit si Kecil. Seperti saya ketika mendapatkan "hadiah" Lactacyd Baby untuk pertama kalinya. 

Memang tak perlu ragu untuk menggunakan Lactacyd Baby sebagai teman mandi si Kecil. Karena untuk urusan kesehatan kulit si Kecil, Lactacdy Baby jagoannya. 

#BabySkinExpert memang #LactacydBaby






 

Selasa, 03 Oktober 2017

Persiapan Khitan Anak Pertama

Berhubung ditanya sama mbak penulis konten keren Marita Ningtyas : http://www.maritaningtyas.com
dan Kakak sastrawan Temanggung tercintah Dini Rahmawati: http://www.dinirahmawati.com tentang yang pertama, angan-angan langsung melayang ke berbagai peristiwa romantis, tragis, dan mistis. Hehe. Tapi rasanya nggak akan bermanfaat kalau saya nulis panjang kali lebar tentang hal-hal yang cuma membangkitkan kenangan buat saya dan para pelaku di dalamnya (kalau kebetulan pada baca, sih).

Jadi, menyoal status sebagai ibu-ibu, maka saya memilih pengalaman ini untuk saya tuliskan, yaitu pengalaman mengkhitankan anak saya untuk pertama kalinya. Sebagai keterangan tambahan, anak saya (sementara ini) dua dan laki-laki semua. Dan rasanya kegelisahan para orang tua yang punya anak laki-laki, begitu anak-anak ini masuk SD, adalah soal khitan alias sunat.

Khitan Untuk Anak Laki-laki

Khitan adalah tuntunan bagi umat Islam. Manfaatnya sungguh banyak apalagi jika dikaitkan dengan kesehatan dan kebersihan tubuh. Dan buat saya, menunda-nunda khitan bagi anak-anak, rasanya sama saja dengan memperpanjang deg-degan saya sebagai orang tua. Di era kebebasan sosial media sekarang ini, cerita-cerita horor soal kegagalan khitan cukup mendebarkan saya.

Kira-kira satu setengah tahun sebelum mengkhitankan anak pertama, saya sudah mulai cari-cari informasi yang berkaitan. Mulai dari metode khitan yang digunakan, tempat khitan yang baik, sampai –tentu saja- biayanya berapa. Alhamdulillah tahun lalu si Mas sudah dikhitan.

Selepas melaluinya, saya ingin berbagi buat ibu-ibu lain yang masih harus mengkhitankan putra-putranya, kira-kira ini langkah-langkah yang saya lakukan. Dan akan saya lakukan lagi tentunya, meski mungkin nggak seribet yang pertama, buat si Adik. Hihi.

Langkah persiapan anak untuk dikhitan.

1. Cek Kesiapan Anak

Waktu si Mas memasuki umur delapan tahun, saya mulai sounding soal khitan ini. Cek ombak aja untuk mengetahui sejauh mana dia mengerti dan siap. Awalnya sih dia biasa aja, meski tahu kalau bagaimanapun dia kudu khitan. Kemudian beberapa temannya sudah mulai ada yang dikhitan, dan dia akhirnya menyatakan kalau juga sudah mau.

Saya sengaja tidak mengiming-imingi anak dengan hadiah yang akan didapat setelah khitan misalnya, atau memberikan janji surga kalau khitan itu tidak sakit. Karena nanti kalau dia punya harapan yang tidak sesuai kenyataan, akan membekas di hatinya sepanjang masa. Justru saya dalam hati ingin anak agak lebih cepat dikhitan dibandingkan sebagian besar teman-temannya supaya, semakin sedikit informasi/ cerita tentang khitan yang kadang serem-serem, tidak sampai di telinganya duluan. Hehehe.

Khitan tanpa dipaksa ini buat saya penting, karena kan nggak lucu, kalau di depan dokter/ petugas khitan, si anak meraung-raung atau malahan kabur.

2. Mengumpulkan Informasi tempat Khitan

Setiap saya melihat tampilan di sosmed tentang anak teman atau kenalan yang khitan, saya langsung kepo. Khitan di mana, berapa, prosesnya gimana, sakit nggak? Dan lain-lain. Selain itu saya juga buka-buka sosmed, lihat-lihat spanduk khitan yang biasanya bertebaran menjelang musim liburan, dan telepon beberapa tempat. Sempat tergoda membawa anak ke Bogem daerah di Yogyakarta yang terkenal sebagai tempat khitan. Tapi demi kepraktisan, akhirnya kami memutuskan mengkhitan anak saya di klinik dokter umum yang tidak jauh dari rumah, atas rekomendasi tetangga saya.

3. Memilih Metode Khitan

Langkah nomer tiga ini dilakukan bersamaan dengan langkah nomer dua. Zaman sekarang ini banyak metode khitan yang ditawarkan oleh berbagai tempat. Selain metode konvensional yang menggunakan benda tajam seperti pisau dan buluh bambu (aduh!), ada yang memakai pisau cauter (sering disebut laser padahal bukan), dan metode smart clamp yang katanya si anak bisa langsung pakai celana dan main bola. Di kampung halaman suami malahan ada rame khitan dengan metode hipnotis. Semua metode ada kelebihan dan kekurangannya. Monggo dipertimbangkan dengan seksama sesuai dengan kebutuhan.

Atas berbagai pertimbangan, termasuk nanya sama eyangnya, akhirnya saya memilih memakai metode yang biasa aja, entah itu pakai pisau biasa atau pisau lainnya.

4. Persiapan Dana

Beda cara, beda tempat, beda juga biayanya. Biarpun demikian rasanya memang perlu menyisihkan uang khusus untuk keperluan yang satu ini, karena biayanya yang “lumayan”. Biaya yang relate sama khitan juga tidak hanya biaya khitannya saja, tapi mungkin sejauh apa khitan anak akan “dirayakan”. Keluarga sudah memutuskan bahwa setelah khitan nggak akan disambung dengan perhelatan khusus. Tapi cukup membagikan nasi kotak untuk tetangga dan kerabat saja. Jadi kami siapkan juga dana untuk keperluan itu.

5. Menjelang Khitan

Karena proses penyembuhan khitan perlu beberapa hari, idealnya khitan dilakukan jika ada waktu libur sekolah. Kami memilih menjelang Idul Adha karena ada waktu libur sekitar lima hari. Rencana dikhitan di libur Idul Fitri kami batalkan karena kepikiran kasihan kalau si anak sedang ketemu saudara-saudaranya tapi nggak bisa bebas bermain karena habis khitan. Kami memilih waktu pagi sekitar jam 06.30 supaya seger. Hehe.




Celana untuk khitan. Sumber foto: internet
Persiapan kami:

a. Anak sudah sarapan secukupnya. Kalau bisa pagi sudah BAB, supaya deket-deket waktu setelah khitan nggak kepingin BAB sampai setidaknya luka agak kering.
b. Bawa bekal minum dan camilan buat yang nunggu.
c. Pengalih perhatian anak. Bisa mainan, atau buku.
d. Sarung, ini wajib buat habis khitan.
e. Celana khusus khitan yang ada cungkup macam bola dipotong (ini dapat dari dokter). Saran saya punya dua celana aja cukup. Cepat kering kok kalau dicuci. Dan celana ini dipakai kalau keluar rumah aja. Di rumah sih, nggak pakai celana. Hihi.
f. Salep obat. (buat di rumah)
g. Pembalut luka (buat di rumah)
h. Banyak doa

6. Proses Khitan

Dari awal saya nggak mau nungguin di dalam ruangan. Takut baper. Jadi si Mas ditemani ayah dan eyang kakungnya. Saya sudah menyiapkan beberapa video yang diunduh untuk ditonton lewat gawai. Ini buat pengalih perhatian. Konon anak hanya akan merasa sakit ketika disuntik obat bius, lalu selebihnya gawai diperlukan untuk mengalihkan perhatian dari proses khitan yang sebetulnya sudah “nggak sakit”. Jadi bisa aja bawa buku atau mainan, atau ngobrol sama yang menemani. Kalau khitan metode hipnotis ini katanya si anak akan diajak ngobrol sampe nggak kerasa kalau sudah dikhitan.

Proses khitan sampai selesai kira-kira 45 menit. Dari persiapan sampai selesai dijahit. Setelah itu bisa jalan dan pulang, dan sampai setengah jam berikutnya, si Mas aman dan enak-enak aja ikut sarapan. But then, dia akhirnya meringis juga. Sakit!

7. Sesudah Khitan

Jadi pak Dokter bilang kalau efek biusnya bisa sampai 4 jam. Nyatanya baru 45 menitan kemudian si Mas mulai merasakan nyeri. Dan si Mas ini sebetulnya cukup tahan sakit, tapi kalau sampai nangis, berarti sakitnya sudah lumayan mengganggu. Berbekal obat penahan nyeri dari dokter, dan ibunya yang komat-kamit doa sambil berusaha menguatkan si Mas, sekitar dua jam kemudian, si Mas bisa lumayan anteng.

Tipsnya buat suasana rumah nyaman buat anak yang habis dikhitan. Siapkan juga tontonan atau bacaan yang menarik buat anak. Di kamarnya bisa siapkan kipas angin, atau ruangan yang adem pakai AC, supaya anak nggak banyak keringat.

Oh iya, untuk makanannya sesudah khitan, usahakan yang banyak serat supaya BAB anak lancar jadi nggak harus “mengejan” terlalu kuat.

Yang tricky setelah khitan justru menjaga anak tak banyak bergerak. Bahkan dua hari sesudah khitan si Mas udah ikutan bapak ibunya naik turun bukit buat survey. Jadi sempat agak bengkak gitu. Aduh, Nak! Lukanya memang tidak boleh diapa-apain kata pak dokter. Yang harus dijaga adalah jangan terkena air.

Jadi kami siapkan tissue/ kain basah untuk anak setelah BAK dan BAB. Dan di beberapa hari pertama dilakukan dalam supervisi ayahnya. Hehe.

Beberapa hari kemudian kami ke dokter lagi untuk kontrol dan lepas perban. Setelahnya luka khitan justru nggak boleh diperban, cuma boleh dioles salep dan dibersihkan di sekelilingnya agar cepat kering.

Sekolahnya gimana? Waktu itu sempat dua harian si Mas ke sekolah dengan memakai “celana khitan”nya. Ini demi keamanan, karena namanya anak-anak kan bisa aja kesenggol teman-temannya.

Alhamdulillah sekitar 10 harian kemudian sudah bisa pakai celana biasa dan beraktivitas normal kembali.

Ibu-ibu, pengalaman pertama mengkhitankan anak ini buat saya bikin cukup deg-deg-an. Dan akan dievaluasi untuk perbaikan dan kelancaran proses mengkhitan anak kedua. Hihihi.

Semoga ada manfaatnya!