Salah satu pekerjaan ibu yang repot tapi menyenangkan adalah liburan bareng anak-anak. Sejak anak-anak lahir, setiap tujuan
libur selalu mempertimbangkan apakah ramah anak, apakah anak-anak suka, dan
lain-lainnya.
Semakin besar anak-anak juga
semakin bisa protes kalau tempat berliburnya tidak mereka sukai. Dan sudah bisa
mengusulkan aneka tempat untuk berlibur yang mereka mau. Seperti belakangan
ini, ketika kami berkesempatan ke Jakarta. Ibunya sih cukup sering ke Jakarta, tapi
buat urusan yang lain. Jadi mana sempat piknik. Sebelum puasa kemarin pas ada
acara keluarga di Jakarta, dan pas waktunya dengan libur Ujian Nasional.
Lumayan lah, bukan pas hari libur sekolah yang akan bikin obyek-obyek wisata
penuh kayak cendol.
Begitu tahu akan ke Jakarta,
anak-anak langsung set their mind: mau ke Kidzania. Oke deh, demi liburan
berkesan seperti tema Arisan Blogger kali ini by dua ibu-ibu kece yang suka piknik:
Muna Sungkar di www.momtraveler.com dan Wuri Nugraeni di www.wurinugraeni.com, kami ke Kidzania. Ini beberapa tips berdasarkan pengalaman supaya liburan ke Kidzanianya lebih berkesan.
1.
Pengetahuan Dasar
Serius amat
ya subyeknya hehe. Saya baru tahu ternyata di Kidzania kita nggak bisa main
dari mulai buka sampai tutup seperti maunya kita. Karena di sana ada yang
namanya sesi permainan. Nah, pengunjung cuma bisa main di sesi permainan
tertentu itu.
Untuk hari
Senin sampai Kamis, cuma ada satu sesi yaitu dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
(7 jam). Untuk hari Jumat, Sabtu, Minggu, dan hari libur, ada dua sesi yaitu
dari jam 9 pagi -2 siang, lalu jam 3 sore - 8 malam. (5 jam).
Nah,
misalnya kita datang hari Jumat tapi sudah jam 12 siang, cuma bisa main dua jam
sampai jam 2 siang. Penting kan buat tahu jam buka dan jam bermain ini, biar
pol mainnya.
Untuk keterangan
jam buka dan harga tiket ada di tabel di bawah ini ya:
Harga tiket Kidzania (Juli 2017)
|
Senin – Kamis
09.00 – 16.00
|
Jumat
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
|
Sabtu, Minggu
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
|
Hari Libur
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
|
2-3
tahun
|
50 rb
|
50 rb
|
75 rb
|
100 rb
|
4-16
tahun
|
150 rb
|
150 rb
|
200 rb
|
250 rb
|
17-64
tahun
|
100 rb
|
100 rb
|
150 rb
|
200 rb
|
65
tahun ke atas
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Melihat jam
buka di atas, rasanya lebih “untung” kalau kita main di hari Senin sampai Kamis
ya, karena akan lebih lama. Tetapi karena saya hanya bisa ke sana di hari
Jumat, ya sudahlah, saya pilih Jumat sesi pertama.
2.
Hunting tiket
(ter)murah.
Untuk hal
yang sama kalau ada yang murah kenapa beli yang mahal? Hehe. Selama beberapa
waktu sebelum kedatangan saya sudah browsing tiket Kidzania di official webnya dan juga di beberapa situs
e-commerce. Sampai sehari sebelum kedatangan, saya masih belum nemu tiket murah
yang dicari. Sampai akhirnya saya dapat di tiket.com seharga Rp. 82.000. Horay!
Agak tricky nih cari tiket murah ini, karena di aplikasi Tiket.com malah nggak
ada, tapi lewat link di twitter barulah saya dapat tiket ini.
Untuk saya
dan dua anak yang harusnya 450ribu, jadi bayar 246ribu aja!
Jangan malas
cari info tiket promo yaa!
3.
Siap Perbekalan
Di Kidzania
nggak diperbolehkan membawa makanan. Kecuali makanan khusus untuk bayi. Untuk
minuman, ada yang bilang kalau membawa air dalam botol kemasan macam Aq*a gitu
nggak boleh, bolehnya membawa air dalam botol macam Tupp*rware. Berhubung saya
punyanya AMDK, saya lepas label merknya. Saya bawa dua botol ukuran 600ml. Dan
entah karena memang sebenarnya boleh bawa AMDK atau karena merknya sudah saya
lepas, jadi lolos tuh dua botol air. Ini perlu untuk pengiritan, karena di
dalam sudah pasti anak-anak akan haus, dan dipastikan harga air di sana juga
nggak seekonomis di warung.
Eh begitu di
dalam, di lantai dua, dekat tangga yang di depan toilet, saya menemukan keran
air minum yang seperti di luar negeri itu lho. Jadi, dua botol yang sudah
kosong, bisa saya refill di sana. Irit kuadrat!
4.
Berangkat sepagi
mungkin dan sudah sarapan
Saking
semangatnya, anak-anak sudah siap mandi dan sarapan jam tujuh pagi. Sarapan itu
penting, karena waktu bermain yang terbatas, akan berkurang banyak kalau
dihabiskan untuk sarapan. Kami berangkat dari Central Park jam delapan lebih
sedikit, dan sampai di Pasific Place jam sembilan kurang sepuluh menit. Malnya
memang belum buka, tapi untuk Kidzania sudah bisa masuk lewat salah satu pintu.
Pintu sebelah mana ya, lupa. Muter aja sampai ketemu pintu yang udah dibuka
hehe.
Di sana
sudah ada beberapa rombongan anak-anak PAUD yang berbaris. Buru-buru kami ke
lantai 6, ke loket yang masih sepi, dan menukarkan tiket yang sudah di print,
sambil menunjukkan KTP. Tapi sepertinya tiket nggak di print nggak apa-apa,
cukup ditunjukkan kode pembeliannya yang ada di email. Anak-anak dan orang tua
akan dipakaikan gelang yang cuma bisa dilepas pakai alat khusus di pintu
keluar. Sepertinya gelang milik anak akan terkoneksi dengan gelang milik
ortunya/ pendampingnya. Gelang ini cuma bisa dilepas di pintu keluar pakai alat
khusus. Jadi ini adalah semacam “pengaman” buat anak-anak, nggak akan bisa
keluar sendiri atau keluar dengan orang lain.
|
Pemandangan pertama, Main Hall Kidzania |
5.
Yang Pertama
Dilakukan
Begitu masuk
langsung menghadap ke arena pusat kota. Ada townhall, ada restoran, dengan
kursi dan meja di depannya. Di sekelilingnya juga ada arena-arena permainan
lain.
Nah arena
lainnya ada di gang-gang/ jalanan gitu. Macam kota kecil. Semua terbagi dalam
dua lantai. Di web resminya ada sih semacam peta gitu, tapi kecil banget. Jadi satu-satunya
cara efektif ya dengan melihat langsung.
Pertama,
anak-anak ke bank Kidzania dulu untuk menukarkan ‘cek’ yang didapatkan di loket
dengan mata uang Kidzania yaitu Kidzos. Di sana anak-anak akan dapat 50 Kidzos. Nah, Kidzos ini adalah bekal untuk
bermain, di beberapa arena akan dipungut bayaran, seperti di arena balapan
mobil. Sementara di arena lainnya mereka akan mendapatkan bayaran. Bervariasi
mulai dari 5 sampai 20 kidzos. Selanjutnya saya singkat ‘K’ gitu aja ya untuk
Kidzos.
|
Kidzos, uang di Kidzania |
Banyak yang
jualan dompet yang gunanya buat menyimpan kidzos. Kalau saya nggak beli karena kidzos
anak-anak disetor alias disimpan ibunya hehe. Bisa juga membekali anak-anak dengan semacam
kantung bertali gitu jadi praktis untuk menyimpan Kidzos dan benda-benda lainnya.
O iya di
masing-masing tempat nanti akan ada tempelan berisi informasi tentang berapa
lama waktu bermain, kapasitas peserta sekali main, usia yang diijinkan, dan
gaji/ biayanya. Selain itu ada juga penunjuk waktu semacam timer gitu, jadi
kita tahu berapa lama lagi permainan akan selesai sehingga bisa digantikan
pemain selanjutnya. Di sini anak-anak juga harus belajar antri dengan baik. Biasanya
berbaris mengikuti garis di tepi arena.
|
Petunjuk di setiap permainan di Kidzania |
Karena
pendamping cuma bisa melihat aktivitas dari luar arena, ketika anak-anak sedang
antri, atau sedang di arena permainan, pendamping bisa ‘berkeliaran’ untuk
mengetahui arena mana yang sedang kosong, akan selesai, atau antriannya nggak
banyak. Ini banyak dilakukan oleh pendamping-pendamping anak-anak PAUD. Hehe. Tapi
nggak bisa ya ‘nitip’ antri apalagi pakai ninggal sandal untuk jagain antrian. Hihi.
Oiya tapi
sekarang Kidzania ada program yang memperbolehkan pendamping ikutan dalam
beberapa aktivitas. Tapi hanya ada di hari-hari tertentu saja.
6.
Menjadi Pembalap
di Kidzania
Anak-anak
saya dua-duanya cowok, jadi otomatis mereka langsung tertarik dengan yang
berbau-bau mobil dan motor. Di Kidzania ada arena balapan motor dan mobil.
Untuk main ini mereka harus punya SIM. Untuk punya SIM, mereka harus melakukan
test kesehatan dulu.
|
Arena Balapan yang memikat anak-anak |
Jadi mumpung
sepi, anak-anak langsung menuju rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan, kira-kira
5 menitan, lalu dapat kartu kecil bertuliskan A dan atau C. Si Mas yang umurnya
9 tahun dapat 2 kartu, kalau adeknya yang 7 tahun cuma dapat yang bertuliskan
A. Belakangan saya kira bukan karena usianya, tetapi karena tinggi badan. Untuk
menaiki ‘motor’ harus cukup tinggi, si Mas tingginya sekitar 131 cm.
|
Sebelum dapat SIM C, latihan dulu di sini. |
Di tempat
pembuatan SIM, anak-anak dipotret dan jadilah SIM Kidzania untuk mereka. Untuk
dua hal ini kudu bayar. Untuk cek kesehatan 10K, dan buat bikin SIM 10K.
|
Demi mainan ini, rela antri sejam |
Sesudahnya anak-anak
pengennya langsung main balapan mobil, tapi buat jadi pembalap harus bayar lagi
20K, jadi disarankan sama petugasnya untuk kerja dulu. Soalnya duitnya langsung
menipis. Hihi.
(Belakangan
keputusan buat kerja dulu ini agak saya sesali, soalnya waktu kembali ke arena
balapan, antriannya banyak banget, nyaris satu jam anak-anak menunggu! Belum lagi
untuk menjadi pembalap ini ada waktu-waktu khususnya. Alias tidak sepanjang
sesi buka. Kalau menurut saya sih, nggak apa uang langsung tipis, toh habis itu
bisa kerja ke tempat lain. Daripada nanti
capek antri.)
7.
Profesi-profesi “bergaji”
tinggi
Seperti juga
pada dunia nyata, ada beberapa profesi di Kidzania yang menghasilkan kidzos
lebih banyak dibandingkan lainnya.
|
Kirain bakalan mijet-mijet bonekanya, ternyata enggak, di Chiropractic Center Kidzania. |
Di lantai
dua ada profesi Chiropractor. Harusnya ketika selesai dari sana anak-anak akan
mendapatkan produk seperti koyo atau kompres anak gitu. Tapi khusus hari itu
tidak ada produk, kata penjaganya. Di sana anak-anak mendapat penjelasan
tentang tulang manusia. Agak lama, sekitar 20 menit. Tapi gajinya 20K.
Di depannya
ada “Disco and Games Room”, sepertinya mudah cuma nari-nari rame-rame sebentar
dan akan dapat 10K. Tapi anak-anak nggak mau. Hehe.
Si Adek juga
pernah dapat 20K waktu kerja jadi tukang jualan majalah/ koran. Waktu itu
nungguin si Mas yang balap motor, dan di sebelahnya ada stand majalah. Kerjanya
keliling sambil menawarkan majalah ke pengunjung lain. Si adek cuma wara-wiri
nggak jelas selama 5 menitan, lalu dipanggil mas penjaganya dan dikasih 20K.
Harusnya sih cuma 10K, mungkin masnya terpesona lihat muka lucunya. Hahaha.
Profesi lain
seperti artis/ performer gitu konon gajinya juga gede. Tapi agak sulit
menyesuaikan dengan jam tampil. Jam berapa saja pertunjukan akan digelar bisa
dilihat di townhall.
8.
Profesi-profesi
yang menghasilkan barang/ benda
Di Kidzania
ada banyak “pabrik-pabrik” yang bisa dipilih anak-anak untuk bekerja. Banyak
diantaranya yang menghasilkan barang yang bisa dibawa pulang/ dimakan
anak-anak. Pabrik yang menghasilkan makanan diantaranya mi, cokelat, donat, dan
nugget.
Si Adek
sempat bekerja di pabrik donat ini (di lantai 1), dan dapat sebuah donat. Lumayan.
Waktu mau diulang lagi, sesi bermainnya sudah habis.
|
Pabrik handuk Kidzania |
Selain itu
ada juga seperti yang anak-anak ikutan nih, kerja di pabrik Handuk (di lantai
2). Memang gajinya nggak gede, cuma 5K, tapi anak-anak bisa mendapatkan handuk kecil
dengan cap Kidzania sebagai suvenir.
Oh iya, harga
suvenir Kidzania macam stiker, gantungan kunci, dll cukup mahal buat saya. Dan memang
kidzosnya anak-anak nantinya bisa ditukarkan dengan suvenir juga di suvenir
shop. Tapi barang paling ‘murah’ yaitu 1 penghapus pensil yang kecil harus
ditukar dengan 100K!
Jadi mendingan
‘kerja’ di tempat-tempat yang menghasilkan barang biar bisa dapat
kenang-kenangan dari Kidzania. Hehe.
9.
Profesi-profesi
menantang
|
Panjat Dinding lumayan tinggi ya. |
Bagi si Mas,
yang berharap di Kidzania ada arena-arena bermain macam roller coaster, hehe,
main-main di aneka profesi ini kurang menantang. Tapi ada beberapa profesi
yang, yaah lumayanlah (kata si Mas).
Yang paling
disukai Panjat dinding. Tempatnya di town hall, dekat tempat makan. Untuk
manjat ini ada biayanya, sekitar 5 atau 10 K gitu. Ada batas usianya juga. Karena
dinding yang dipanjat lumayan tinggi. Si mas sekitar 8 meter. Tapi aman karena
anak-anak dipakaikan harness dan helm, dan tentunya ada belayernya.
|
Menarik ya, pintu masuk ke tempat pelatihan Agen Rahasia Kidzania ini. |
Selain itu
ada tempat Pelatihan Agen Rahasia. Anak-anak diajak ke seperti ruang-ruang
rahasia. Pendamping hanya bisa mengawasi aktivitas anak-anak melalui televisi.
|
Aktivitas anak terlihat di layar TV ini. |
Di
dalamnya menurut si Mas mereka diminta untuk memecahkan kode gitu di beberapa
ruangan, untuk menemukan jalan keluar. Anak-anak waktu itu masuk berlima,
bareng peserta lain yang seumuran mereka. Tapi si Adek belum ada separo jalan
sudah nangis minta keluar. Tadinya dia memang udah takut waktu mau masuk,
karena nggak suka sama ruangan yang gelap. Eh, nggak berapa lama, temennya yang
seumuran juga keluar. Hehe. Jadi tempat ini tidak direkomendasikan buat
anak-anak yang takut gelap deh.
Pekerjaan lainnya
ada Pembersih kaca. Lumayan anak-anak naik gondola sekitar 3 meteran, trus
turun sambil bersihin kaca. (Buat si Mas sih biasa aja, kurang tinggi. Kalau adek
nggak mau, mendingan bikin donat. Hehe.)
10.
Profesi yang main
karena Ibunya suka
Yang menarik
buat ibu adalah ketika anak-anak menjadi penyiar televisi. Begitu naik ke
lantai dua, mumpung masih kosong, anak-anak ‘digeret’ ibunya ke studio Metro
TV. Di sana mereka diajak masuk ke semacam ruang kontrol gitu, kemudian ruang
rias, dipakaikan kaos olah raga, sebelum akhirnya diajak masuk ke studio mini. Pendamping
sih menunggu di dalam studio ini. Sekaligus sebagai penonton.
Anak-anak
hari itu akan menjadi presenter acara olah raga. Kurang lebih selama lima menit
mereka beraksi, membaca prompt layaknya presenter beneran.
|
Belajar jadi presenter di Kidzania |
Ibunya merekam
pakai ponsel, lalu ikutan foto di meja studio. Soalnya masih kosong sih. Hehe. Menurut
saya profesi ini baik supaya anak-anak belajar tampil dan berbicara dengan
baik.
Untuk profesi
ini anak-anak mendapatkan 10K.
|
Waktu kerja di hotel bisa diawasi juga lewat tivi ini. Tuh anaknya di pojokan ngerapiin tempat tidur, hehe. |
Selain itu
anak-anak nyobain kerja di hotel. Tempatnya di samping townhall. Ibunya suka
soalnya menarik tempatnya, dua lantai gitu, dan ada ruangan aneke macam. Jadi ingat sama rumah-rumahan boneka. Tapi ternyata
pekerjaannya ‘cuma’ beberes kamar tidur. Hehe. Ngerjain ini sih namanya. Tapi ya
nggak apa ya, bisa belajar merapikan kasur, bantal dan selimut, sekaligus dapat
10K.
Akhirnya lima jam di Kidzania
sih berlalu nggak kerasa sama sekali. Di setengah jam terakhir, anak-anak masih
sempat mencoba jadi pilot di wahana Garuda Indonesia, lalu beruntung merasakan
jadi pemadam kebakaran karena di last trip kuota pesertanya masih cukup. Padahal
tempat pemadam kebakaran ini termasuk salah satu favorit anak-anak (khususnya
usia PAUD) dan antriannya selalu banyak.
|
Tempat makan dan pilihan makanan di Kidzania |
Selama 5 jam anak-anak bahkan
nggak merasakan lapar. Waktu menunggu di arena balap saya sempat belikan siomay
(25ribu) dan si mas makan sembari duduk menunggu. Si adek nggak mau dan cuma
ngemil donat hasil kerjanya. Selain siomay, di sana ada paket-paket macam fried
chicken, dan aneka makanan masak gitu, dengan harga sekitar 30ribuan.
Meski ‘berhasil’ mencoba
cukup banyak profesi, masih banyak juga yang pengen dicoba. Antara lain yang
kelihatan menarik tuh profesi arkeolog karena tempatnya kelihatan asik. Anak-anak
juga masih pengen jadi polisi yang kerjaannya mengejar ‘penjahat’ yang lepas di
tengah-tengah kota. Mungkin, kalau ke Jakarta lagi, dan anak-anak masih cukup
kecil, kita akan ke sana lagi ya. Oiya kidzos yang berhasil dikumpulkan bisa
disimpan untuk lain kali, karena menurut masnya, kidzos ini berlaku seumur
hidup –selama masih ada Kidzania-
Jadi, buat saya, dan saya
rasa buat anak-anak, liburan ke Kidzania kemarin adalah liburan yang berkesan
buat kami. Buat Ibunya berkesan karena kudu berusaha mencari tahu informasi dan
merencanakan kegiatan dan lain-lainnya. Dan buat anak-anak, akhirnya turut
merasakan arena bermain ‘sejuta umat’ dan ‘wajib’ buat anak-anak Indonesia ini.
Hihi.