Sabtu, 31 Januari 2015

Allah Bisa Bahasa Indonesia



Saya dan anak-anak punya 'ritual' sebelum mereka tidur. Si sulung (6 tahun) dan si bungsu (4 tahun) biasanya naik ke kasur dan membawa buku masing-masing untuk dibacakan. Setelah usai membaca satu atau (maksimal) dua buku, -tak sanggup banyak-banyak karena saya biasanya juga sudah ngantuk, hehe-, saya mengajak mereka berdoa. 

Kami biasanya mengawali doa dengan membaca Al Fatehah, Doa Sebelum Tidur, lalu mendoakan keluarga. Misalnya jika ayah sedang kerja di luar kota, saya ajak anak-anak berdoa supaya pekerjaan ayahnya lancar sehingga bisa cepat pulang. Misalnya anak-anak sedang pingin jalan-jalan ke suatu tempat, saya juga mengajak mereka berdoa supaya kami sekeluarga dapat rejeki hingga bisa liburan. Doa-doa ‘tambahan’ itu saya ucapkan dengan bahasa Indonesia.  

Anak-anak juga suka dibacakan buku Anakku Tiket Surgaku

Suatu malam sebelum tidur, saya mengajak anak-anak menghafalkan beberapa doa. Seperti doa sebelum masuk kamar mandi, doa ketika turun hujan, doa sebelum makan, dan doa-doa lainnya.

Sedang asyik menghafal tiba-tiba si bungsu nyeletuk, “Ibu, bagaimana aku doainnya biar Ibu nggak batuk?”

Waktu itu saya memang tengah menderita flu dan batuk. Tidak seperti biasa memang, sakit saya bertahan cukup lama hingga dua minggu lebih. Si bungsu ini memang tipe yang perhatian jika ada keluarga yang sakit.

Saya bilang, “Adik berdoa aja pakai bahasa Indonesia, seperti kalau sedang bicara sama ibu.”
“Iya, bagaimana?”
“Misalnya gini, ya Allah, tolong sembuhkan sakitnya ibu, biar ibu nggak batuk lagi. Begitu,” jawab saya.
Si bungsu langsung mengikuti perkataan saya. Duh, rasanya kepingin langsung mencium pipinya.
Selesai mengulang kalimat saya dia bertanya lagi. “Trus nanti Allah denger dari sini sampai masjid?”
“Maksud Adik?”
“Iya, aku kan di sini bukan di masjid. Memangnya Allah denger?”

Saya tersenyum geli melihat muka polosnya yang tampak prihatin. Mungkin disangkanya karena jarak antara masjid dan rumah cukup jauh, Allah jadi tidak bisa mendengar doanya.
Saya jadi tambah gemes dan langsung memeluk si bungsu. 

“Adik, Allah itu nggak cuma ada di masjid. Di rumah, di sekolah, di toko, di jalan, Allah ada. Jadi di mana aja Adik berdoa, Allah pasti denger.”

Si bungsu pun manggut-manggut. Entahlah apakah dia sudah bisa mengerti. Saya hanya ingin anak-anak tahu dan yakin, bahwa Allah selalu ada di manapun mereka berada.

Selain itu maksud saya mengajak anak-anak saya melafalkan doa-doa ‘tambahan’ sebelum tidur, karena saya ingin mereka selalu mau berdoa kepadaNya. Tidak harus selalu dengan doa-doa dari Al Quran dan Hadist yang mereka hafalkan. Mereka tetap dapat berdoa meskipun dengan bahasa sehari-hari. Dengan demikian semoga anak-anak dapat selalu merasa dekat dengan Allah. Saya ingin anak-anak tidak sungkan ‘curhat’ kepadaNya. Karena Allah bisa bahasa Indonesia! :D

Story for "Story Contest" Anakku Tiket Surgaku, 2015