Senin, 09 Oktober 2017

Lactacyd Baby, Sahabat Mandi si Kecil

Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby

Tinggal di iklim tropis memang menyenangkan. Matahari bersinar sepanjang tahun, anak-anak bisa bermain tanpa kendala cuaca yang berarti nyaris sepanjang tahun. Siapa yang tidak suka melihat tawa si Kecil yang belajar berjalan di rerumputan, di bawah sinar matahari? Siapa yang tidak jatuh hati melihat si Kecil menikmati pelajaran berenangnya yang pertama?

Anak-anak yang aktif adalah anak-anak yang sehat, bukan?

Tapi si Kecil yang aktif bergerak dapat terkena masalah kalau kita tidak berhati-hati memilih pembersih yang cocok untuk kulitnya. Apalagi udara panas dan cuaca yang lembab adalah hal yang kita temui sehari-hari. Pernah mengalami bayi yang seharian rewel karena ruam popok? Tangan yang tak berhenti menggaruk hingga kulit lecet karena biang keringat? Atau wajah si Kecil yang imut terlihat kemerahan karena iritasi? 
Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby
Semua masalah kulit itu dapat terjadi pada si Kecil kita. Jika anak-anak terkena gangguan pada kulit, aktivitas mereka tentu akan terganggu. Supaya anak-anak bisa bermain dengan nyaman, sebagai ibu kita harus berhati-hati dalam menjaga kesehatan kulit mereka. Sebagai ibu kita harus tetap menjaga supaya lingkungan tetap bersih, dan memberikan nutrisi yang baik untuk si Kecil.

Selain itu, kebersihan kulit adalah salah satu syarat supaya kulit anak-anak kita tetap sehat. Salah satu hal yang terpenting adalah: mandi. Sudah fitrahnya kalau kulit si Kecil lebih sensitif dibandingkan kulit orang dewasa. Karena itu kita tidak dapat sembarangan menggunakan produk kulit untuk mandi mereka. Salah-salah bukannya mengatasi gangguan kulit, kulit lembut mereka malah makin terititasi. Duh, jangan sampai ya!

Dulu waktu menjelang kelahiran anak pertama, sebagai calon ibu baru, kerjaan saya adalah survey lorong-lorong supermarket, untuk menemukan produk-produk yang cocok untuk si Kecil. Waktu yang cukup lama saya habiskan di lorong khusus produk-produk bayi. Deretan popok dengan kemasan aneka warna, deretan bedak, sampai sabun.

Saya menyadari kalau kulit bayi sangat sensitif. Dan saya tidak ingin memandikan si Kecil dengan sabun asal-asalan. Tiap kemasan saya pegang dan saya baca dengan teliti kandungan di dalamnya. Banyak yang tidak saya mengerti karena pakai istilah-istilah kimia. Jadi pekerjaan ibu baru waktu itu cukup memusingkan, karena semuanya adalah yang pertama.



Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby
Berkenalan dengan Lactacyd Baby
Untunglah saya tak perlu bingung dan ragu terlalu lama. Waktu pulang dari rumah sakit bersalin, saya mendapati Lactacyd Baby di salah satu hampers hadiah untuk si Kecil. Kemasan Lactacyd Baby yang putih bergambar beruang lucu langsung memikat hati. Terkesan apik dan eksklusif. Dan dengan melihat kemasannya saja saya langsung mendapatkan informasi yang saya butuhkan. Tulisan "With milk extract" yang terpampang dengan jelas membuat saya langsung membayangkan kelembutan susu. Ditambah lagi ketika dibuka tutupnya, harumnya hmmm… Lembut dan menenangkan. Saya tak ragu langsung memakai Lactacyd Baby untuk memandikan si Kecil yang baru lahir. 

Lactacyd Baby adalah cairan perawatan kulit yang memiliki kandungan alami ekstrak susu dan Ph yang sudah diformulasi sesuai dengan kebutuhan kulit bayi. Kandungan asam laktat alami dalam susu akan membantu melembabkan kulitnya. Jadi sangat aman untuk digunakan setiap hari sebagai teman mandi si Kecil. 

Hasil memakai Lactacyd Baby juga terlihat nyata. Buktinya masalah-masalah yang sering muncul pada kulit bayi yang baru lahir, seperti kerak pada kulit kepala, atau kulit yang mengelupas atau bersisik langsung teratasi. Terima kasih banyak buat yang sudah "menghadiahkan" Lactacyd Baby untuk saya dan si Kecil.

Lactacyd Baby juga sangat praktis. Produk ini sangat istimewa karena bisa digunakan untuk menjaga kebersihan si Kecil dari ujung kepala sampai kaki. Jadi sebagai ibu tidak perlu repot menyiapkan aneka produk untuk keperluan mandi. Cukup dengan Lactacyd Baby, semua kebutuhan terpenuhi. 

Nah, ini adalah cara saya menggunakan Lactacyd Baby: 

1. Untuk mandi

Larutkan tiga sampai empat sendok makan Lactacyd Baby Liquid ke dalam air mandi yang hangat. Lalu mandikan si Kecil dan bilas dengan air dengan seksama.

2. Untuk keramas

Langsung dapat digunakan untuk kepala dan rambut si Kecil seperti kita memakai shampo. Jangan khawatir, Lactacyd Baby ini tidak pedih di mata. No drama, ibu-ibu.

3. Untuk kebersihan kulit

Untuk mencuci wajah atau tangan si Kecil, dapat digunakan seperti memakai sabun cair, lalu bilas dengan air bersih. 


Sumber gambar: Fanpage Lactacyd Baby

Mudah kan? Lactacyd Baby merupakan brand internasional yang memang sudah terpercaya untuk menjaga kulit bayi dari iritasi ringan. Lactacyd Baby tersedia dalam berbagai kemasan sehingga kita bisa memilih kemasan yang cocok untuk berbagai kebutuhan. Kita bisa membelinya di supermarket, minimarket, hingga apotik terdekat. 

Sekarang anak-anak saya sudah besar, dan kini giliran saya merekomendasikan Lactacyd Baby untuk para ponakan-ponakan lucu saya yang baru lahir. Dijamin ibu-ibu mereka tidak perlu bingung lagi memilih produk yang tepat untuk kesehatan kulit si Kecil. Seperti saya ketika mendapatkan "hadiah" Lactacyd Baby untuk pertama kalinya. 

Memang tak perlu ragu untuk menggunakan Lactacyd Baby sebagai teman mandi si Kecil. Karena untuk urusan kesehatan kulit si Kecil, Lactacdy Baby jagoannya. 

#BabySkinExpert memang #LactacydBaby






 

Selasa, 03 Oktober 2017

Persiapan Khitan Anak Pertama

Berhubung ditanya sama mbak penulis konten keren Marita Ningtyas : http://www.maritaningtyas.com
dan Kakak sastrawan Temanggung tercintah Dini Rahmawati: http://www.dinirahmawati.com tentang yang pertama, angan-angan langsung melayang ke berbagai peristiwa romantis, tragis, dan mistis. Hehe. Tapi rasanya nggak akan bermanfaat kalau saya nulis panjang kali lebar tentang hal-hal yang cuma membangkitkan kenangan buat saya dan para pelaku di dalamnya (kalau kebetulan pada baca, sih).

Jadi, menyoal status sebagai ibu-ibu, maka saya memilih pengalaman ini untuk saya tuliskan, yaitu pengalaman mengkhitankan anak saya untuk pertama kalinya. Sebagai keterangan tambahan, anak saya (sementara ini) dua dan laki-laki semua. Dan rasanya kegelisahan para orang tua yang punya anak laki-laki, begitu anak-anak ini masuk SD, adalah soal khitan alias sunat.

Khitan Untuk Anak Laki-laki

Khitan adalah tuntunan bagi umat Islam. Manfaatnya sungguh banyak apalagi jika dikaitkan dengan kesehatan dan kebersihan tubuh. Dan buat saya, menunda-nunda khitan bagi anak-anak, rasanya sama saja dengan memperpanjang deg-degan saya sebagai orang tua. Di era kebebasan sosial media sekarang ini, cerita-cerita horor soal kegagalan khitan cukup mendebarkan saya.

Kira-kira satu setengah tahun sebelum mengkhitankan anak pertama, saya sudah mulai cari-cari informasi yang berkaitan. Mulai dari metode khitan yang digunakan, tempat khitan yang baik, sampai –tentu saja- biayanya berapa. Alhamdulillah tahun lalu si Mas sudah dikhitan.

Selepas melaluinya, saya ingin berbagi buat ibu-ibu lain yang masih harus mengkhitankan putra-putranya, kira-kira ini langkah-langkah yang saya lakukan. Dan akan saya lakukan lagi tentunya, meski mungkin nggak seribet yang pertama, buat si Adik. Hihi.

Langkah persiapan anak untuk dikhitan.

1. Cek Kesiapan Anak

Waktu si Mas memasuki umur delapan tahun, saya mulai sounding soal khitan ini. Cek ombak aja untuk mengetahui sejauh mana dia mengerti dan siap. Awalnya sih dia biasa aja, meski tahu kalau bagaimanapun dia kudu khitan. Kemudian beberapa temannya sudah mulai ada yang dikhitan, dan dia akhirnya menyatakan kalau juga sudah mau.

Saya sengaja tidak mengiming-imingi anak dengan hadiah yang akan didapat setelah khitan misalnya, atau memberikan janji surga kalau khitan itu tidak sakit. Karena nanti kalau dia punya harapan yang tidak sesuai kenyataan, akan membekas di hatinya sepanjang masa. Justru saya dalam hati ingin anak agak lebih cepat dikhitan dibandingkan sebagian besar teman-temannya supaya, semakin sedikit informasi/ cerita tentang khitan yang kadang serem-serem, tidak sampai di telinganya duluan. Hehehe.

Khitan tanpa dipaksa ini buat saya penting, karena kan nggak lucu, kalau di depan dokter/ petugas khitan, si anak meraung-raung atau malahan kabur.

2. Mengumpulkan Informasi tempat Khitan

Setiap saya melihat tampilan di sosmed tentang anak teman atau kenalan yang khitan, saya langsung kepo. Khitan di mana, berapa, prosesnya gimana, sakit nggak? Dan lain-lain. Selain itu saya juga buka-buka sosmed, lihat-lihat spanduk khitan yang biasanya bertebaran menjelang musim liburan, dan telepon beberapa tempat. Sempat tergoda membawa anak ke Bogem daerah di Yogyakarta yang terkenal sebagai tempat khitan. Tapi demi kepraktisan, akhirnya kami memutuskan mengkhitan anak saya di klinik dokter umum yang tidak jauh dari rumah, atas rekomendasi tetangga saya.

3. Memilih Metode Khitan

Langkah nomer tiga ini dilakukan bersamaan dengan langkah nomer dua. Zaman sekarang ini banyak metode khitan yang ditawarkan oleh berbagai tempat. Selain metode konvensional yang menggunakan benda tajam seperti pisau dan buluh bambu (aduh!), ada yang memakai pisau cauter (sering disebut laser padahal bukan), dan metode smart clamp yang katanya si anak bisa langsung pakai celana dan main bola. Di kampung halaman suami malahan ada rame khitan dengan metode hipnotis. Semua metode ada kelebihan dan kekurangannya. Monggo dipertimbangkan dengan seksama sesuai dengan kebutuhan.

Atas berbagai pertimbangan, termasuk nanya sama eyangnya, akhirnya saya memilih memakai metode yang biasa aja, entah itu pakai pisau biasa atau pisau lainnya.

4. Persiapan Dana

Beda cara, beda tempat, beda juga biayanya. Biarpun demikian rasanya memang perlu menyisihkan uang khusus untuk keperluan yang satu ini, karena biayanya yang “lumayan”. Biaya yang relate sama khitan juga tidak hanya biaya khitannya saja, tapi mungkin sejauh apa khitan anak akan “dirayakan”. Keluarga sudah memutuskan bahwa setelah khitan nggak akan disambung dengan perhelatan khusus. Tapi cukup membagikan nasi kotak untuk tetangga dan kerabat saja. Jadi kami siapkan juga dana untuk keperluan itu.

5. Menjelang Khitan

Karena proses penyembuhan khitan perlu beberapa hari, idealnya khitan dilakukan jika ada waktu libur sekolah. Kami memilih menjelang Idul Adha karena ada waktu libur sekitar lima hari. Rencana dikhitan di libur Idul Fitri kami batalkan karena kepikiran kasihan kalau si anak sedang ketemu saudara-saudaranya tapi nggak bisa bebas bermain karena habis khitan. Kami memilih waktu pagi sekitar jam 06.30 supaya seger. Hehe.




Celana untuk khitan. Sumber foto: internet
Persiapan kami:

a. Anak sudah sarapan secukupnya. Kalau bisa pagi sudah BAB, supaya deket-deket waktu setelah khitan nggak kepingin BAB sampai setidaknya luka agak kering.
b. Bawa bekal minum dan camilan buat yang nunggu.
c. Pengalih perhatian anak. Bisa mainan, atau buku.
d. Sarung, ini wajib buat habis khitan.
e. Celana khusus khitan yang ada cungkup macam bola dipotong (ini dapat dari dokter). Saran saya punya dua celana aja cukup. Cepat kering kok kalau dicuci. Dan celana ini dipakai kalau keluar rumah aja. Di rumah sih, nggak pakai celana. Hihi.
f. Salep obat. (buat di rumah)
g. Pembalut luka (buat di rumah)
h. Banyak doa

6. Proses Khitan

Dari awal saya nggak mau nungguin di dalam ruangan. Takut baper. Jadi si Mas ditemani ayah dan eyang kakungnya. Saya sudah menyiapkan beberapa video yang diunduh untuk ditonton lewat gawai. Ini buat pengalih perhatian. Konon anak hanya akan merasa sakit ketika disuntik obat bius, lalu selebihnya gawai diperlukan untuk mengalihkan perhatian dari proses khitan yang sebetulnya sudah “nggak sakit”. Jadi bisa aja bawa buku atau mainan, atau ngobrol sama yang menemani. Kalau khitan metode hipnotis ini katanya si anak akan diajak ngobrol sampe nggak kerasa kalau sudah dikhitan.

Proses khitan sampai selesai kira-kira 45 menit. Dari persiapan sampai selesai dijahit. Setelah itu bisa jalan dan pulang, dan sampai setengah jam berikutnya, si Mas aman dan enak-enak aja ikut sarapan. But then, dia akhirnya meringis juga. Sakit!

7. Sesudah Khitan

Jadi pak Dokter bilang kalau efek biusnya bisa sampai 4 jam. Nyatanya baru 45 menitan kemudian si Mas mulai merasakan nyeri. Dan si Mas ini sebetulnya cukup tahan sakit, tapi kalau sampai nangis, berarti sakitnya sudah lumayan mengganggu. Berbekal obat penahan nyeri dari dokter, dan ibunya yang komat-kamit doa sambil berusaha menguatkan si Mas, sekitar dua jam kemudian, si Mas bisa lumayan anteng.

Tipsnya buat suasana rumah nyaman buat anak yang habis dikhitan. Siapkan juga tontonan atau bacaan yang menarik buat anak. Di kamarnya bisa siapkan kipas angin, atau ruangan yang adem pakai AC, supaya anak nggak banyak keringat.

Oh iya, untuk makanannya sesudah khitan, usahakan yang banyak serat supaya BAB anak lancar jadi nggak harus “mengejan” terlalu kuat.

Yang tricky setelah khitan justru menjaga anak tak banyak bergerak. Bahkan dua hari sesudah khitan si Mas udah ikutan bapak ibunya naik turun bukit buat survey. Jadi sempat agak bengkak gitu. Aduh, Nak! Lukanya memang tidak boleh diapa-apain kata pak dokter. Yang harus dijaga adalah jangan terkena air.

Jadi kami siapkan tissue/ kain basah untuk anak setelah BAK dan BAB. Dan di beberapa hari pertama dilakukan dalam supervisi ayahnya. Hehe.

Beberapa hari kemudian kami ke dokter lagi untuk kontrol dan lepas perban. Setelahnya luka khitan justru nggak boleh diperban, cuma boleh dioles salep dan dibersihkan di sekelilingnya agar cepat kering.

Sekolahnya gimana? Waktu itu sempat dua harian si Mas ke sekolah dengan memakai “celana khitan”nya. Ini demi keamanan, karena namanya anak-anak kan bisa aja kesenggol teman-temannya.

Alhamdulillah sekitar 10 harian kemudian sudah bisa pakai celana biasa dan beraktivitas normal kembali.

Ibu-ibu, pengalaman pertama mengkhitankan anak ini buat saya bikin cukup deg-deg-an. Dan akan dievaluasi untuk perbaikan dan kelancaran proses mengkhitan anak kedua. Hihihi.

Semoga ada manfaatnya!


Sabtu, 19 Agustus 2017

Catatan Bisnis Rumahan Impian


Sejak lulus kuliah sebetulnya saya sudah sangat ingin punya bisnis rumahan. Alias pekerjaan yang menghasilkan uang tapi bisa dikerjakan di rumah. Home based. Bisnis rumahan yang saya bayangkan waktu itu adalah bisnis kerajinan dari kayu. Saya memang penggemar pernak-pernik untuk menghias rumah. Inspirasinya datang karena saya sering dolan di Mirota Batik Yogyakarta. Di sana kan banyak tuh, aneka kerajinan dari kayu. Selain itu di Semarang waktu itu juga ada toko kerajinan kayu ini di salah satu mal. Apalagi rasanya bisnis ini dekat dengan kuliah saya di jurusan arsitektur.

Karena waktu itu langsung kerja ‘kantoran’ perlahan namun pasti keinginan berbisnis pernak-pernik ini pun menguap.

Keinginan berbisnis rumahan menguat kembali ketika lahir anak kedua. Waktu itu rasanya makin tidak tega meninggalkan rumah terlalu lama di jam-jam kantor.

Keinginan itu pula yang membuat saya bikin blog ini: Pekerjaan Ibu. Kalau sempat lihat postingan awal blog ini, keinginan saya adalah bisnis yang berhubungan dengan menjahit pakaian. Inspirasinya datang karena saya kerap membaca blog-blog tentang kerajinan dan jahit. Selama minggu-minggu awal selepas melahirkan anak kedua, blog-blog itu jadi teman setia saya.

Inspirasi menjahit pertama saya: Rumah Jahit Haifa

Ada salah satu blog tentang menjahit yang waktu itu sangat menginspirasi saya, yaitu blognya Rumah Jahit Haifa. Mbak Susi -pemiliknya- rajin menulis tentang tips-tips menjahit sembari mempromosikan usahanya, yaitu bisnis menjahit baju secara online. Pelanggannya tersebar ke seantero nusantara. Tak jarang pelanggan dari Papua bahkan dari luar negeri mengirimkan kain untuk dijahit Mbak Susi di Tangerang. Ribuan kilometer jauhnya. Padahal bisnis menjahit identik dengan keharusan bertatap muka karena kegiatan ukur mengukur. Tetapi Mbak Susi terbukti sukses dengan bisnisnya ini, dan sekarang semakin berkembang dengan memiliki merk baju muslim sendiri, utamanya gamis.

Saking terinspirasinya, sampai-sampai saya beli mesin jahit, merk Janome, dan sempat menelurkan beberapa ‘karya’ yaitu kantong ajaib (yang ternyata ukurannya pas untuk tempat buku tabungan), tatakan gelas, sarung bantal, dan gamis tanpa lengan dan kerah. Saya memang tidak kursus menjahit. Waktu itu untuk membuat pola gamis, saya pakai baju saya lalu saya jiplak di atas kain. Tips ini sebetulnya berhasil, tapi ternyata saya nggak cukup sabar untuk lanjut belajar membuat kerah dan lengannya.

Kenapa tidak kursus jahit? Saya sebetulnya sudah sempat mencari-cari info ini. Waktu itu rata-rata biaya yang harus dikeluarkan untuk kursus menjahit adalah 500-750 ribu rupiah perpaket. Dengan angsuran KPR saya yang waktu itu 500 ribu, rasanya berat menyisihkan sejumlah itu buat kursus jahit. Belum lagi jadwalnya yang ketat macam anak sekolahan.

Karena keinginan punya usaha tanpa meninggalkan anak bayi masih kuat, saya bertekad untuk punya usaha baju kebaya. Waktu itu terinspirasi karena waktu akan wisuda, saya kesulitan cari kebaya katun yang bagus di toko-toko. Sempat tuh, kulakan kain di Solo, menjahitkannya ke teman yang punya kenalan usaha konveksi, dan jadilah beberapa potong kebaya katun. Tapinya lagi, ternyata saya tidak punya keahlian menjual yang baik. Jadilah, selusin lebih kebaya katun itu sebagian besarnya saya bagi-bagi ke saudara dan teman.

Seiring dengan habisnya masa cuti, mbak pengasuh yang canggih mengasuh dua batita, dan jadwal ngantor yang semakin longgar jadi nggak melulu harus meninggalkan anak-anak seharian, akhirnya belum jadi serius punya bisnis menjahit di rumah.

Saya jadi mikir, mengapa cita-cita bisnis rumahan saya selalu kandas? Layu sebelum berkembang? Eh jangankan berkembang, tumbuh aja belum jadi. Hehe. Saya rasa alasan utamanya karena saya belum kepepet. Waktu itu anak masih ada yang mengasuh, masih punya aktivitas harian di kantor, dan belum kepepet dengan kebutuhan tambahan. Bisnis rumahan jadi ajang coba-coba.

Mari saya bagi catatan saya, sehubungan dengan bisnis rumahan yang pernah saya lakukan dan belum berhasil ini:

1. Modal tetap penting. Memang tidak melulu soal uang, tapi waktu dan energi adalah modal yang harus juga dikorbankan untuk memulai bisnis. Misalnya untuk mencari pemasok kain yang bagus dengan harga paling ekonomis, kita harus meluangkan waktu untuk mencari informasi di internet, di pasar-pasar, yang artinya waktu dan uang untuk bepergian. Kalau cuma ndongkrok di rumah ya nggak akan ketemu.

2. Punya keahlian. Bukan berarti kita harus bisa melakukannya sendiri. Meskipun kita bisa menyewa jasa profesional, setidaknya kita mengerti dasar-dasar dari usaha yang kita geluti. Bunda Anne Avantie itu berdasaran pengakuannya sendiri, tidak bisa menjahit. Tapi Bunda Anne dikenal sebagai perancang kebaya dengan kualitas internasional!

3. Tergabung di komunitas yang tepat. Penting supaya selalu up to date dengan perkembangan bidang yang kita geluti, punya peer yang saling menyemangati.

4. Dikerjakan dengan bahagia. Memang tidak dapat dipungkiri, jika kita mencintai apa yang kita lakukan, maka hasilnya juga akan maksimal. Mengapa? Karena kita akan all out, mau menggali dengan aneka sumberdaya untuk menjadikan produk kita maksimal.

5. Punya partner. Kita bukan superwoman yang bisa mengerjakan semuanya sendiri. Apalagi bisnis rumahan kadang masih harus membagi waktu dengan kegiatan rumah bersama anak. Contohnya waktu saya gagal jualan kebaya tadi. Sebetulnya saya bisa mengajak teman yang lebih ahli di bidang penjualan, misalnya, sementara saya bisa fokus pada produknya.

6. Memisahkan keuangan bisnis dan rumah. Ini tips sejuta umat sejuta pakar. Tapi prakteknya nggak gampang. Dan saya paling bandel soal ini hehe.

7. Istiqomah. Kalau gampang menyerah atau sedikit-sedikit mau ganti bisnis lain, sepertinya cita-cita bisnis rumahan nggak akan sampai mana-mana.

Sekarang ini, sudah memasuki tahun ke tujuh tidak ada pembantu sama sekali di keluarga saya. Meskipun cuma pocokan. Dan secara tidak sadar, sesungguhnya saya sudah menjalankan bisnis rumahan, karena kegiatan kantor saya, 90% saya lakukan di pojokan ruang tengah. Makanya, kalau ditanya kantornya di mana, saya jawab di pojokan, itu betul.

Hal ini mungkin saya lakukan sebagian karena ada internet. Hampir semua informasi yang dibutuhkan bisa dicari di dunia maya yang lebih luas dari samudera dan disampaikan lewat surel, dan bahkan WA. Hanya perlu sesekali saja pergi untuk bertatap muka. Pekerjaan saya? Mengelola kantor bareng suami –setelah dia resign-. Usaha kami memang lebih bersifat jasa. Dan tetap saja sih, dia harus sering bepergian kemana-mana. Tapi saya sering cukup mengerjakannya dari rumah. Kadang untuk pekerjaan yang lain saya juga sih yang harus pergi beberapa hari, dan suami yang mengurus anak-anak di rumah. Selama beberapa tahun ini kami terbiasa dan semakin ‘terlatih’ dengan pola ini.

Sekarang saat kebutuhan keluarga semakin meningkat, dan ekonomi yang masih dibilang lesu, keinginan saya untuk usaha jahit menjahit menguat lagi. Sepertinya, kalau ditanya oleh dua mbak-mbak blogger kece Wahyu Widya: http://www.awanhero.com dan BunSal: http://www.muslifaaseani.com seperti tema Arisan Blog Gandjel Rel kali ini: Apa bisnis rumahan impianmu? Jawaban saya mungkin ada hubungannya dengan menjahit baju.

Seperti obsesi ya, tapi semoga ada jalan mencapainya. Aamiin. Nanti kalau bajunya sudah jadi, dibeli yaaa.







Rabu, 12 Juli 2017

Tren Fashion Lebaran



Ramadan tahun ini sudah terlewati. Rasanya semua umat muslim dalam doanya di akhir Ramadan mohon kepada Allah SWT agar dapat dipertemukan kembali dengan Ramadan tahun depan. Namun di balik semua itu, berakhirnya Ramadan berarti kita bertemu dengan hari yang juga dinanti, yaitu hari Idul Fitri. 

Bagi masyarakat Indonesia, hari Idul Fitri sering disebut sebagai hari Lebaran. Kata Lebaran sendiri dikisahkan memiliki beberapa muasal. Salah satunya, dalam bahasa Jawa dapat diartikan ‘wis bubar’, yang berarti sudah selesai. Dapat juga diartikan bahwa Lebaran berarti berakhirnya bulan Ramadan dan datanglah bulan Syawal, yang pada tanggal 1 nya dirayakan sebagai hari Idul Fitri. 

Ramadan memang bulan yang penuh berkah. Tidak heran jika semua muslim ingin merasakan kembali hadirnya Ramadan. Tidak hanya dari sisi ibadah kepada Allah, tetapi juga berkah lain yang biasanya hanya ada di bulan Ramadan. Bagi pengusaha kuliner, bulan Ramadan saatnya panen aneka makanan, khususnya kue kering. Nastar, putri salju, dan kastengel adalah ‘raja’nya. Belum lagi aneka biskuit dalam kaleng yang mengisi penuh rak-rak toko dan swalayan. 

Selain makanan, fashion -khususnya busana muslim-  juga mencapai puncak panennya di bulan Ramadan. Bisa jadi ini terjadi karena karena lebaran identik dengan baju baru. Bahkan bagi sebagian besar orang, rasanya kurang afdol kalau tidak mengenakan baju baru di hari raya Idul Fitri. 

Seperti juga aneka kue kering ada yang paling digemari atau paling dicari, fashion pun demikian. Biasanya fashion yang dicari adalah tren yang berkiblat pada artis. Coba saja, datang ke pusat-pusat grosir seperti Mangga Dua, atau Thamrin City, aneka jenis fashion ‘berlabel’ artis akan tampak bergelantungan. Misalnya kerudung Syahrini, Tunik Ashanty, dll. Dan baju-baju ini laris manis seperti kolak di bulan Ramadan. 

Ramadan tahun ini salah satu item fashion yang paling dicari adalah: kaftan Nagita Slavina. Memang artis yang satu ini memiliki image yang baik di masyarakat sehingga apapun yang dikenakannya cepat menjadi tren. Kaftan dengan bahan brokat bersulam motif bunga yang dikenakan Nagita pun tidak ketinggalan menjadi buruan di bulan Ramadan. 

Kaftan Nagita yang nge-Hitz
Baju ini padahal sudah dipakai Nagita ketika menghadiri sebuah acara di tahun 2016, jauh sebelum bulan Ramadan. Tetapi baju yang dirancang oleh adik ipar Nagita ini masih menjadi tren di lebaran tahun ini.
Selain Nagita tentunya ada Syahrini, sang Princess dengan kaftannya yang juga tak kalah modis, begitu pula dengan Ola Ramlan. Aneka baju ‘berlabel’ artis itu laris manis karena harapannya, dengan memakainya penampilan ikut cantik dan menarik, seperti artisnya. 

Selain berburu baju baru di toko, beberapa keluarga sengaja menjahitkan atau memesan baju lebaran yang senada, atau bahkan kembar untuk keluarganya. Untuk membeli kain hingga ke penjahit kadang harus dilakukan berbulan-bulan sebelumnya, karena jasa penjahit di bulan Ramadan juga laris manis dan biasanya sudah tutup order. Momen lebaran memang seringkali dijadikan momen pengambilan foto keluarga, karena seluruh keluarga yang jauh biasanya akan berkumpul di hari yang berbahagia ini. Jadi semua ingin tampil dengan maksimal dan serasi. 

Ketika saya perhatikan foto-foto keluarga saya saat lebaran, hehe, nggak pernah ada foto dengan baju yang senada, apalagi sarimbit. Saya juga udah lupa kapan terakhir sengaja beli baju baru untuk lebaran. Beberapa tahun lalu memang anak-anak dibelikan baju koko di bulan Ramadan, tapi end up dipakai duluan di acara sekolahnya, dan bukan dipakai pertama pas hari Lebaran. Jadi, tradisi baju baru di keluarga saya memang bisa dibilang nggak ada. 

Tapi bukan berarti saya nggak suka fashion, saya suka memperhatikan model-model baju medsos, yang dari hari kehari semakin banyak jenis dan modelnya. Dan istimewanya, pada bulan Ramadan, artis-artis yang berseliweran di televisi jadi berpakaian lebih tertutup, dan tak jarang memakai hijab. 

Kalau ditanya fashion untuk lebaran yang saya sukai, bisa dilihat dari hasil capture-an saya di pinterest berikut ini. Saya bisa dibilang suka model yang simpel, dan warna-warna pastel, atau earth-colour gitu. Yah, barangkali bisa dijadikan contekan untuk fashion lebaran tahun depan.
Gaya Sporty

Gaya agak-agak Girlie

Gaya Natural
Selera fashion saya bisa dibilang 'polosan'. Malahan kata salah satu teman saya, nggak modis dan pucet. Saya memang kurang suka tampil menyolok, meskipun untuk event sekali setahun macam lebaran. 

Berhias memang dianjurkan ketika hari raya, seperti juga kita dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik ketika datang ke masjid. Tapi di masa sebagian besar dari kita punya lebih dari sepotong baju yang layak dan bagus seperti sekarang ini, membeli baju baru untuk lebaran menjadi hal yang tidak harus selalu dilakukan. Yang penting kita memakai pakaian yang bersih, rapi, dan baik.

Membeli baju baru dan mengikuti tren fashion untuk menyambut Lebaran memang tidak dilarang. Yang dilarang adalah jika demi itu semua jadi melupakan hal yang lebih penting dan wajib dilakukan, misalnya jadi lupa membayar zakat fitrah karena harta dipakai membeli baju baru. Atau jika baju baru yang dibeli untuk lebaran menjadikan kita sombong dan pamer.  

Baju hakikatnya adalah pelindung diri kita, penutup aurat, yang menjadikan manusia lebih beradab dibandingkan makhluk lainnya. 

Nah memaksakan diri untuk ikut tren fashion agar tampil modis di kala lebaran rasanya kurang perlu. Yang perlu  adalah memaksakan 'tren' bagi diri kita sendiri agar pakaian kita menjadi semakin baik dari tahun ke tahun.

 Artikel ini diikutkan dalam GiveAway http://www.noviadomi.com

Senin, 10 Juli 2017

Liburan Berkesan di Kidzania



Salah satu pekerjaan ibu yang repot tapi menyenangkan adalah liburan bareng anak-anak. Sejak anak-anak lahir, setiap tujuan libur selalu mempertimbangkan apakah ramah anak, apakah anak-anak suka, dan lain-lainnya. 

Semakin besar anak-anak juga semakin bisa protes kalau tempat berliburnya tidak mereka sukai. Dan sudah bisa mengusulkan aneka tempat untuk berlibur yang mereka mau. Seperti belakangan ini, ketika kami berkesempatan ke Jakarta. Ibunya sih cukup sering ke Jakarta, tapi buat urusan yang lain. Jadi mana sempat piknik. Sebelum puasa kemarin pas ada acara keluarga di Jakarta, dan pas waktunya dengan libur Ujian Nasional. Lumayan lah, bukan pas hari libur sekolah yang akan bikin obyek-obyek wisata penuh kayak cendol. 

Begitu tahu akan ke Jakarta, anak-anak langsung set their mind: mau ke Kidzania. Oke deh, demi liburan berkesan seperti tema Arisan Blogger kali ini by dua ibu-ibu kece yang suka piknik: Muna Sungkar di www.momtraveler.com dan Wuri Nugraeni di www.wurinugraeni.com, kami ke Kidzania. Ini beberapa tips berdasarkan pengalaman supaya liburan ke Kidzanianya lebih berkesan.

1.       Pengetahuan Dasar
Serius amat ya subyeknya hehe. Saya baru tahu ternyata di Kidzania kita nggak bisa main dari mulai buka sampai tutup seperti maunya kita. Karena di sana ada yang namanya sesi permainan. Nah, pengunjung cuma bisa main di sesi permainan tertentu itu.
Untuk hari Senin sampai Kamis, cuma ada satu sesi yaitu dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore. (7 jam). Untuk hari Jumat, Sabtu, Minggu, dan hari libur, ada dua sesi yaitu dari jam 9 pagi -2 siang, lalu jam 3 sore - 8 malam. (5 jam).
Nah, misalnya kita datang hari Jumat tapi sudah jam 12 siang, cuma bisa main dua jam sampai jam 2 siang. Penting kan buat tahu jam buka dan jam bermain ini, biar pol mainnya.

Untuk keterangan jam buka dan harga tiket ada di tabel di bawah ini ya:
Harga tiket Kidzania (Juli 2017)
Senin – Kamis
09.00 – 16.00
Jumat
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
Sabtu, Minggu
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
Hari Libur
09.00 – 14.00
15.00 – 20.00
2-3 tahun
50 rb
50 rb
75 rb
100 rb
4-16 tahun
150 rb
150 rb
200 rb
250 rb
17-64 tahun
100 rb
100 rb
150 rb
200 rb
65 tahun ke atas
0
0
0
0

Melihat jam buka di atas, rasanya lebih “untung” kalau kita main di hari Senin sampai Kamis ya, karena akan lebih lama. Tetapi karena saya hanya bisa ke sana di hari Jumat, ya sudahlah, saya pilih Jumat sesi pertama.

2.       Hunting tiket (ter)murah.
Untuk hal yang sama kalau ada yang murah kenapa beli yang mahal? Hehe. Selama beberapa waktu sebelum kedatangan saya sudah browsing tiket Kidzania di  official webnya dan juga di beberapa situs e-commerce. Sampai sehari sebelum kedatangan, saya masih belum nemu tiket murah yang dicari. Sampai akhirnya saya dapat di tiket.com seharga Rp. 82.000. Horay! Agak tricky nih cari tiket murah ini, karena di aplikasi Tiket.com malah nggak ada, tapi lewat link di twitter barulah saya dapat tiket ini.
Untuk saya dan dua anak yang harusnya 450ribu, jadi bayar 246ribu aja!
Jangan malas cari info tiket promo yaa!

3.       Siap Perbekalan
Di Kidzania nggak diperbolehkan membawa makanan. Kecuali makanan khusus untuk bayi. Untuk minuman, ada yang bilang kalau membawa air dalam botol kemasan macam Aq*a gitu nggak boleh, bolehnya membawa air dalam botol macam Tupp*rware. Berhubung saya punyanya AMDK, saya lepas label merknya. Saya bawa dua botol ukuran 600ml. Dan entah karena memang sebenarnya boleh bawa AMDK atau karena merknya sudah saya lepas, jadi lolos tuh dua botol air. Ini perlu untuk pengiritan, karena di dalam sudah pasti anak-anak akan haus, dan dipastikan harga air di sana juga nggak seekonomis di warung.
Eh begitu di dalam, di lantai dua, dekat tangga yang di depan toilet, saya menemukan keran air minum yang seperti di luar negeri itu lho. Jadi, dua botol yang sudah kosong, bisa saya refill di sana. Irit kuadrat!

4.       Berangkat sepagi mungkin dan sudah sarapan
Saking semangatnya, anak-anak sudah siap mandi dan sarapan jam tujuh pagi. Sarapan itu penting, karena waktu bermain yang terbatas, akan berkurang banyak kalau dihabiskan untuk sarapan. Kami berangkat dari Central Park jam delapan lebih sedikit, dan sampai di Pasific Place jam sembilan kurang sepuluh menit. Malnya memang belum buka, tapi untuk Kidzania sudah bisa masuk lewat salah satu pintu. Pintu sebelah mana ya, lupa. Muter aja sampai ketemu pintu yang udah dibuka hehe.

Di sana sudah ada beberapa rombongan anak-anak PAUD yang berbaris. Buru-buru kami ke lantai 6, ke loket yang masih sepi, dan menukarkan tiket yang sudah di print, sambil menunjukkan KTP. Tapi sepertinya tiket nggak di print nggak apa-apa, cukup ditunjukkan kode pembeliannya yang ada di email. Anak-anak dan orang tua akan dipakaikan gelang yang cuma bisa dilepas pakai alat khusus di pintu keluar. Sepertinya gelang milik anak akan terkoneksi dengan gelang milik ortunya/ pendampingnya. Gelang ini cuma bisa dilepas di pintu keluar pakai alat khusus. Jadi ini adalah semacam “pengaman” buat anak-anak, nggak akan bisa keluar sendiri atau keluar dengan orang lain.
 
Pemandangan pertama, Main Hall Kidzania
5.       Yang Pertama Dilakukan
Begitu masuk langsung menghadap ke arena pusat kota. Ada townhall, ada restoran, dengan kursi dan meja di depannya. Di sekelilingnya juga ada arena-arena permainan lain.
Nah arena lainnya ada di gang-gang/ jalanan gitu. Macam kota kecil. Semua terbagi dalam dua lantai. Di web resminya ada sih semacam peta gitu, tapi kecil banget. Jadi satu-satunya cara efektif ya dengan melihat langsung.
Pertama, anak-anak ke bank Kidzania dulu untuk menukarkan ‘cek’ yang didapatkan di loket dengan mata uang Kidzania yaitu Kidzos. Di sana anak-anak akan dapat 50  Kidzos. Nah, Kidzos ini adalah bekal untuk bermain, di beberapa arena akan dipungut bayaran, seperti di arena balapan mobil. Sementara di arena lainnya mereka akan mendapatkan bayaran. Bervariasi mulai dari 5 sampai 20 kidzos. Selanjutnya saya singkat ‘K’ gitu aja ya untuk Kidzos. 
 
Kidzos, uang di Kidzania
Banyak yang jualan dompet yang gunanya buat menyimpan kidzos. Kalau saya nggak beli karena kidzos anak-anak disetor alias disimpan ibunya hehe. Bisa juga membekali anak-anak dengan semacam kantung bertali gitu jadi praktis untuk menyimpan Kidzos dan benda-benda lainnya.

O iya di masing-masing tempat nanti akan ada tempelan berisi informasi tentang berapa lama waktu bermain, kapasitas peserta sekali main, usia yang diijinkan, dan gaji/ biayanya. Selain itu ada juga penunjuk waktu semacam timer gitu, jadi kita tahu berapa lama lagi permainan akan selesai sehingga bisa digantikan pemain selanjutnya. Di sini anak-anak juga harus belajar antri dengan baik. Biasanya berbaris mengikuti garis di tepi arena.
 
Petunjuk di setiap permainan di Kidzania
Karena pendamping cuma bisa melihat aktivitas dari luar arena, ketika anak-anak sedang antri, atau sedang di arena permainan, pendamping bisa ‘berkeliaran’ untuk mengetahui arena mana yang sedang kosong, akan selesai, atau antriannya nggak banyak. Ini banyak dilakukan oleh pendamping-pendamping anak-anak PAUD. Hehe. Tapi nggak bisa ya ‘nitip’ antri apalagi pakai ninggal sandal untuk jagain antrian. Hihi.

Oiya tapi sekarang Kidzania ada program yang memperbolehkan pendamping ikutan dalam beberapa aktivitas. Tapi hanya ada di hari-hari tertentu saja.

6.       Menjadi Pembalap di Kidzania
Anak-anak saya dua-duanya cowok, jadi otomatis mereka langsung tertarik dengan yang berbau-bau mobil dan motor. Di Kidzania ada arena balapan motor dan mobil. Untuk main ini mereka harus punya SIM. Untuk punya SIM, mereka harus melakukan test kesehatan dulu.
Arena Balapan yang memikat anak-anak
Jadi mumpung sepi, anak-anak langsung menuju rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan, kira-kira 5 menitan, lalu dapat kartu kecil bertuliskan A dan atau C. Si Mas yang umurnya 9 tahun dapat 2 kartu, kalau adeknya yang 7 tahun cuma dapat yang bertuliskan A. Belakangan saya kira bukan karena usianya, tetapi karena tinggi badan. Untuk menaiki ‘motor’ harus cukup tinggi, si Mas tingginya sekitar 131 cm. 
Sebelum dapat SIM C, latihan dulu di sini.
Di tempat pembuatan SIM, anak-anak dipotret dan jadilah SIM Kidzania untuk mereka. Untuk dua hal ini kudu bayar. Untuk cek kesehatan 10K, dan buat bikin SIM 10K.
 
Demi mainan ini, rela antri sejam
Sesudahnya anak-anak pengennya langsung main balapan mobil, tapi buat jadi pembalap harus bayar lagi 20K, jadi disarankan sama petugasnya untuk kerja dulu. Soalnya duitnya langsung menipis. Hihi.
(Belakangan keputusan buat kerja dulu ini agak saya sesali, soalnya waktu kembali ke arena balapan, antriannya banyak banget, nyaris satu jam anak-anak menunggu! Belum lagi untuk menjadi pembalap ini ada waktu-waktu khususnya. Alias tidak sepanjang sesi buka. Kalau menurut saya sih, nggak apa uang langsung tipis, toh habis itu bisa kerja ke tempat lain. Daripada nanti  capek antri.)

7.       Profesi-profesi “bergaji” tinggi
Seperti juga pada dunia nyata, ada beberapa profesi di Kidzania yang menghasilkan kidzos lebih banyak dibandingkan lainnya. 

Kirain bakalan mijet-mijet bonekanya, ternyata enggak, di Chiropractic Center Kidzania.
Di lantai dua ada profesi Chiropractor. Harusnya ketika selesai dari sana anak-anak akan mendapatkan produk seperti koyo atau kompres anak gitu. Tapi khusus hari itu tidak ada produk, kata penjaganya. Di sana anak-anak mendapat penjelasan tentang tulang manusia. Agak lama, sekitar 20 menit. Tapi gajinya 20K.
Di depannya ada “Disco and Games Room”, sepertinya mudah cuma nari-nari rame-rame sebentar dan akan dapat 10K. Tapi anak-anak nggak mau. Hehe.
Si Adek juga pernah dapat 20K waktu kerja jadi tukang jualan majalah/ koran. Waktu itu nungguin si Mas yang balap motor, dan di sebelahnya ada stand majalah. Kerjanya keliling sambil menawarkan majalah ke pengunjung lain. Si adek cuma wara-wiri nggak jelas selama 5 menitan, lalu dipanggil mas penjaganya dan dikasih 20K. Harusnya sih cuma 10K, mungkin masnya terpesona lihat muka lucunya. Hahaha.

Profesi lain seperti artis/ performer gitu konon gajinya juga gede. Tapi agak sulit menyesuaikan dengan jam tampil. Jam berapa saja pertunjukan akan digelar bisa dilihat di townhall.

8.       Profesi-profesi yang menghasilkan barang/ benda
Di Kidzania ada banyak “pabrik-pabrik” yang bisa dipilih anak-anak untuk bekerja. Banyak diantaranya yang menghasilkan barang yang bisa dibawa pulang/ dimakan anak-anak. Pabrik yang menghasilkan makanan diantaranya mi, cokelat, donat, dan nugget.
Si Adek sempat bekerja di pabrik donat ini (di lantai 1), dan dapat sebuah donat. Lumayan. Waktu mau diulang lagi, sesi bermainnya sudah habis.
 
Pabrik handuk Kidzania
Selain itu ada juga seperti yang anak-anak ikutan nih, kerja di pabrik Handuk (di lantai 2). Memang gajinya nggak gede, cuma 5K, tapi anak-anak bisa mendapatkan handuk kecil dengan cap Kidzania sebagai suvenir.

Oh iya, harga suvenir Kidzania macam stiker, gantungan kunci, dll cukup mahal buat saya. Dan memang kidzosnya anak-anak nantinya bisa ditukarkan dengan suvenir juga di suvenir shop. Tapi barang paling ‘murah’ yaitu 1 penghapus pensil yang kecil harus ditukar dengan 100K!  
Jadi mendingan ‘kerja’ di tempat-tempat yang menghasilkan barang biar bisa dapat kenang-kenangan dari Kidzania. Hehe.

9.       Profesi-profesi menantang
Panjat Dinding lumayan tinggi ya.
 Bagi si Mas, yang berharap di Kidzania ada arena-arena bermain macam roller coaster, hehe, main-main di aneka profesi ini kurang menantang. Tapi ada beberapa profesi yang, yaah lumayanlah (kata si Mas).
Yang paling disukai Panjat dinding. Tempatnya di town hall, dekat tempat makan. Untuk manjat ini ada biayanya, sekitar 5 atau 10 K gitu. Ada batas usianya juga. Karena dinding yang dipanjat lumayan tinggi. Si mas sekitar 8 meter. Tapi aman karena anak-anak dipakaikan harness dan helm, dan tentunya ada belayernya.
 
Menarik ya, pintu masuk ke tempat pelatihan Agen Rahasia Kidzania ini.
Selain itu ada tempat Pelatihan Agen Rahasia. Anak-anak diajak ke seperti ruang-ruang rahasia. Pendamping hanya bisa mengawasi aktivitas anak-anak melalui televisi. 
 
Aktivitas anak terlihat di layar TV ini.
Di dalamnya menurut si Mas mereka diminta untuk memecahkan kode gitu di beberapa ruangan, untuk menemukan jalan keluar. Anak-anak waktu itu masuk berlima, bareng peserta lain yang seumuran mereka. Tapi si Adek belum ada separo jalan sudah nangis minta keluar. Tadinya dia memang udah takut waktu mau masuk, karena nggak suka sama ruangan yang gelap. Eh, nggak berapa lama, temennya yang seumuran juga keluar. Hehe. Jadi tempat ini tidak direkomendasikan buat anak-anak yang takut gelap deh.

Pekerjaan lainnya ada Pembersih kaca. Lumayan anak-anak naik gondola sekitar 3 meteran, trus turun sambil bersihin kaca. (Buat si Mas sih biasa aja, kurang tinggi. Kalau adek nggak mau, mendingan bikin donat. Hehe.)

10.   Profesi yang main karena Ibunya suka
Yang menarik buat ibu adalah ketika anak-anak menjadi penyiar televisi. Begitu naik ke lantai dua, mumpung masih kosong, anak-anak ‘digeret’ ibunya ke studio Metro TV. Di sana mereka diajak masuk ke semacam ruang kontrol gitu, kemudian ruang rias, dipakaikan kaos olah raga, sebelum akhirnya diajak masuk ke studio mini. Pendamping sih menunggu di dalam studio ini. Sekaligus sebagai penonton.  
Anak-anak hari itu akan menjadi presenter acara olah raga. Kurang lebih selama lima menit mereka beraksi, membaca prompt layaknya presenter beneran. 
Belajar jadi presenter di Kidzania
Ibunya merekam pakai ponsel, lalu ikutan foto di meja studio. Soalnya masih kosong sih. Hehe. Menurut saya profesi ini baik supaya anak-anak belajar tampil dan berbicara dengan baik.
Untuk profesi ini anak-anak mendapatkan 10K.
 
Waktu kerja di hotel bisa diawasi juga lewat tivi ini. Tuh anaknya di pojokan ngerapiin tempat tidur, hehe.
Selain itu anak-anak nyobain kerja di hotel. Tempatnya di samping townhall. Ibunya suka soalnya menarik tempatnya, dua lantai gitu, dan ada ruangan aneke macam. Jadi ingat sama rumah-rumahan boneka. Tapi ternyata pekerjaannya ‘cuma’ beberes kamar tidur. Hehe. Ngerjain ini sih namanya. Tapi ya nggak apa ya, bisa belajar merapikan kasur, bantal dan selimut, sekaligus dapat 10K.

Akhirnya lima jam di Kidzania sih berlalu nggak kerasa sama sekali. Di setengah jam terakhir, anak-anak masih sempat mencoba jadi pilot di wahana Garuda Indonesia, lalu beruntung merasakan jadi pemadam kebakaran karena di last trip kuota pesertanya masih cukup. Padahal tempat pemadam kebakaran ini termasuk salah satu favorit anak-anak (khususnya usia PAUD) dan antriannya selalu banyak. 

Tempat makan dan pilihan makanan di Kidzania
Selama 5 jam anak-anak bahkan nggak merasakan lapar. Waktu menunggu di arena balap saya sempat belikan siomay (25ribu) dan si mas makan sembari duduk menunggu. Si adek nggak mau dan cuma ngemil donat hasil kerjanya. Selain siomay, di sana ada paket-paket macam fried chicken, dan aneka makanan masak gitu, dengan harga sekitar 30ribuan. 

Meski ‘berhasil’ mencoba cukup banyak profesi, masih banyak juga yang pengen dicoba. Antara lain yang kelihatan menarik tuh profesi arkeolog karena tempatnya kelihatan asik. Anak-anak juga masih pengen jadi polisi yang kerjaannya mengejar ‘penjahat’ yang lepas di tengah-tengah kota. Mungkin, kalau ke Jakarta lagi, dan anak-anak masih cukup kecil, kita akan ke sana lagi ya. Oiya kidzos yang berhasil dikumpulkan bisa disimpan untuk lain kali, karena menurut masnya, kidzos ini berlaku seumur hidup –selama masih ada Kidzania- 

Jadi, buat saya, dan saya rasa buat anak-anak, liburan ke Kidzania kemarin adalah liburan yang berkesan buat kami. Buat Ibunya berkesan karena kudu berusaha mencari tahu informasi dan merencanakan kegiatan dan lain-lainnya. Dan buat anak-anak, akhirnya turut merasakan arena bermain ‘sejuta umat’ dan ‘wajib’ buat anak-anak Indonesia ini. Hihi.